Metode Pemecahan Masalah Dan Ketrampilan MIPA
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT karena kehendak-Nya lah kami masih
mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Metode Pemecahan Masalah dan
Keterampilan IPA”, sebagai tugas mata kuliah Dasar-Dasar Pendidikan MIPA dalam
memenuhi materib yang akan dibahas. Kami juga mengucapkan rasa terimakasih
kepada semua pihak ang telah memberikan kritik serta masukan yang membangun
terhadap materi dan penyajian makalah ini. Terutama ucapan terimakasih kepada
dosen pembimbing kami yakni ibu Dra. Jufrida , M.Si.
Makalah
ini disusun sebagai sarana mahasiswa untuk pembelajaran dasar dasar pendidikan
MIPA, makalah ini merupakan sarana bagi mahasiswa dalam mengembangkan opini
mengenai metode pemecahan masalah dan keterampilan ipa.
Kami
menyadari pada makalah ini masih terdapat kesalahan serta kekurangannya. Oleh
karena itu, kami senantiasa mengharapkan masukan atau kritik serta saran demi
menyempurnakan makalah ini. Akhirnya semoga makalah ini bisa turut andil dalam
mencerdaskan generasi muda bangsa, dan dapat bermanfaat nantinya.
Jambi,
Novemeber 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dalam
dunia pendidikan umumnya dan proses pendidikan khususnya, penggunaan metode
yang tepat dalam pengajaran merupakan hal sangat penting diperhatikan, karena
keberhasilan pengajaran sangat tergantung kepada cocok tidaknya penggunaan
metode pengajaran terhadap suatu topik yang diajarkan sehingga tujuan
pengajarannya tercapai dengan baik.
Metode merupakan
suatu alat atau cara dalam menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa dalam
proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut
Winarno Surachmat yang dikemukakan dalam buku Dasar dan Tehnik Interaksi
Belajar Mengajar bahwa : “Metode adalah cara dalam fungsinya merupakan alat
untuk mencapai tujuan”.
Selanjutnya
Sudirjo dalam buku Metodik Lanjutan Atas mengemukakan bahwa “Metode mengajar
adalah cara yang dipergunakan guru dalam menyajikan bahan pelajaran dengan
memperhatikan keseluruhan situasi belajar untuk mencapai tujuan”.
Dari kedua
pendapat diatas jelas bahwa metode merupakan cara yang dipergunakan guru dalam
proses belajar mengajar dimana setiap guru akan menggunakan metode tertentu
dalam menyajikan bahan pelajaran kepada siswanya. Hal ini akan memudahkan dalam
mencapai tujuan yang diharapkan.
Dalam pengajaran
matematika, penggunaan metode mengajar harus berpedoman pada tujuan yang akan
dicapai tanpa melupakan faktor-faktor siswa, guru harus menggunakan metode yang
sesuai dengan kondisi dan situasi kelas pada saat berlangsungnya pengajaran.
Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) adalah pengetahuan yang telah diujikebenarannya
melalui metode ilmiah. Sehinggga metode
yang menentukan apakah
pengetahuan itu ilmiah atau tidak. Atau dengan kata lain metode ilmiah merupakan
ciri khusus yang dapat dijadikan identitas dari IPA. Tetapi pada zaman sekarang,
dimana produk ilmu pengetahuan telah demikian banyaknya, kita tidak dapat
mengetahui secara pasti apakah suatu pengetahuan tertenti diperoleh
denganmetode ilmiah atau tidak.
Nash, dalam
bukunya The Nature of Nature Science
(Nash,1993) berpendapat bahwa :
“Science is away of looking at the world”. Sains atau IPAdipandang
sebagai suatu cara atau metode untuk mengamati sesuatu, dalam hal ini adalah dunia. Cara memandang IPA terhadap sesuatu
berbeda dengan caramemandang biasa. Cara memandang IPA bersifat
analitis, melihat sesuatu secaralengkap dan cermat serta
dihubungkan dengan obyek yang lain sehinggakeseluruhannya membentuk suatu perspektif baru
tentang obyek yang diamati.Lebih
lanjut Nash melandaskan “The whole science in nothing more than arefinement of everyday thinking”. IPA sebagai
suatu cara/pola berpikir terhadapsasaran dengan seksama dan lengkap
tidak sama dengan pola berpikir sehari-hari.
Pendapat Nash tentang IPA ini diperkuat oleh
Einstein (Nash, 1963) yangmengatakan bahwa “Science is the attempt to
make the chaotic diversity of our sense experience correspond to logically uniform
system of thought. In this singleexperiences must be correlated with the
theoretic structure in such a way that theresulting
is unique and convincing. Sain dipandang sebagai a logically uniformsystem of
thought”, atau sains merupakan suatu pola pikir logis dan seragam yang tak
lain adalah metode ilmiah.Pembelajaran IPA yang baik adalah jika dilakukan
seperti bagaimana IPAditemukan. IPA sebagai hasil karya manusia yang dihasilkan
lewat metode ilmiahdan meggunakan
ketrampilan proses. Keterampilan proses sangat penting untuk dipelajari
dan dikuasai siswa. Di
dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat
belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah
satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik-teknik
penyajian, atau biasanya disebut metode mengajar.
Dalam
kenyataan, cara atau metode mengajar atau teknik penyajian yang digunakan guru
untuk menyampaikan informasi atau massage
lisan kepada siswa berbeda dengan
cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan,
keterampilan serta sikap. Metode yang digunakan untuk memotivasi siswa agar
mampu menggunakan pengetahuannya untuk memecahkan masalah yang dihadapi ataupun
untuk menjawab suatu pertanyaan akan berbeda dengan metode yang digunakan untuk
tujuan agar siswa mampu berpikir dan mengemukakan pendapatnya sendiri di dalam
menghadapi segala persoalan.
Metode
pemecahan masalah digunakan dalam pembelajaran yang membutuhkan jawaban atau
pemecahan masalah. Sebagai metode mengajar, metode pemecahan masalah
sangat baik bagi pembinaan sikap ilmiah pada siswa. Dengan metode ini, para
siswa belajar memecahkan suatu masalah menurut prosedur kerja ilmiah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa sajakah
metode-metode untuk memecahkan suatu masalah ?
2. Apa keterampilan IPA ?
3.
1.3 Tujuan
1. Menegetahui metode
pemecahan masalah dalam IPA.
2. Mengetahui keterampilan
IPA sudah ada.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Metode Pemecahan Masala
Metode pemecahan masalah menurut Sudirman, dkk. (1991 : 146)
adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik
tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan
atau jawabannya oleh siswa.
Metode pemecahan masalah ini sering
dinamakan atau disebut juga dengan eksperimen method, reflective thinking
method, atau scientific method (Sudirman, dkk., 1991 : 146).
Dengan demikian, metode pemecahan
masalah adalah sebuah metode pembelajaran yang berupaya membahas
permasalahan untuk mencari pemecahan atau jawabannya. Sebagaimana metode
mengajar, metode pemecahan masalah sangat baik bagi pembinaan sikap ilmiah pada
para siswa. Dengan metode ini, siswa belajar memecahkan suatu masalah menurut
prosedur kerja metode ilmiah.
Metode
pemecahan masalah merupakan suatu metode pengajaran yang
mendorong siswa untuk mencari dan memecahkan persoalan - persoalan. Adakalanya
manusia memecahkan masalah secara instinktif ( naluriah ) maupun dengan
kebiasaan, yang mana pemecahan tersebut biasanya dilakukan oleh binatang.
Pemecahan
secara instinktif merupakan bentuk tingkah laku yang tidak dipelajari,
seringkali berfaedah dalam situasi yang luarbiasa. Misalnya seseorang yang
dalam keadaan terjepit karena bahaya yang datangnya tak disangka, maka secara
spontan mungkin ia melompati pagar atau selokan dan berhasil, yang seandainya
dalam keadaan biasa hal itu tak mungkin dilakukan.
Dalam
situasi yang problematis, baik manusia maupun binatang, dapat menggunakan cara
"coba - coba, salah", mencoba lagi ( trial and error ) untuk
memecahkan masalahnya. Akan tetapi taraf problem solving pada manusia lebih
tinggi karena manusia sanggup memecahkan masalah dengan rasio ( akal ),
disamping memiliki bahasa. Oleh karena itu manusia dapat memperluas pemecahan
masalahnya di luar situasi konkret.
2.2 Langkah-langkah
Metode Pemecahan Masalah
Di
dalam tujuan mata pelajaran IPA terdapat frasa “pemecahan masalah”. Pada
kenyataannya, setiap orang selalu berhadapan dengan masalah yang perlu
diselesaikan. Masalah timbul karena adanya jurang pemisah antara harapan dengan
kenyataan dan Anda tidak tahu bagaimana cara menuju ke arah tujuan tersebut.
Pemecahan masalah merupakan sebuah proses yang mengikuti pola umum (heuristik)
atau mengikuti langkah-langkah tertentu (algoritmik). Langkah-langkah
penyelesaian masalah adalah sebagai berikut
1.
Mengidentifikasikan
dan Mendefinisikan Masalah
Sebelum sebuah masalah dapat dipecahkan, maka masalah tersebut harus dikenali terlebih dahulu. Meskipun kelihatannya sederhana, pengidentifikasian masalah terkadang merupakan langkah sulit. Kita mungkin gagal menyadari apa masalahnya, atau jalan ke arah penyelesaian terhalang. Anda perlu mengidentifikasikan apa yang diketahui, apa yang menjadi tujuan, serta bagaimanakah batasan-batasannya.
Sebelum sebuah masalah dapat dipecahkan, maka masalah tersebut harus dikenali terlebih dahulu. Meskipun kelihatannya sederhana, pengidentifikasian masalah terkadang merupakan langkah sulit. Kita mungkin gagal menyadari apa masalahnya, atau jalan ke arah penyelesaian terhalang. Anda perlu mengidentifikasikan apa yang diketahui, apa yang menjadi tujuan, serta bagaimanakah batasan-batasannya.
2.
Menyusun
Strategi Pemecahan Masalah
Setelah menemukan masalah dan mendefinisikan secara jelas, langkah berikutnya adalah menyusun strategi untuk memecahkannya. Strategi yang dapat digunakan antara lain menentukan subtujuan, menggunakan algoritma, dan mengandalkan heuristik. Menentukan subtujuan adalah menentukan tujuan antara yang membuat kita dapat berada dalam posisi yang lebih baik untuk mencapai tujuan atau solusi final. Algoritma merupakan strategi yang menjamin solusi, bisa berupa rumus, langkah-langkah, dan mencoba semua kemungkinan solusi. Sebagai contoh, jika Anda menemukan permasalahan dalam IPA, Anda menuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, persamaan atau teori yang sesuai, dan selanjutnya menyelesaikannya. Heuristik merupakan strategi umum untuk mempersempit solusi untuk menemukan solusi terbaik. Misalkan, Anda tersesat di gunung, langkah heuristiknya adalah cukup turun gunung, cari sungai kecil, dan ikuti alirannya. Dalam perumusan strategi ini, Anda merumuskan juga informasi dan sumberdaya yang relevan.
Setelah menemukan masalah dan mendefinisikan secara jelas, langkah berikutnya adalah menyusun strategi untuk memecahkannya. Strategi yang dapat digunakan antara lain menentukan subtujuan, menggunakan algoritma, dan mengandalkan heuristik. Menentukan subtujuan adalah menentukan tujuan antara yang membuat kita dapat berada dalam posisi yang lebih baik untuk mencapai tujuan atau solusi final. Algoritma merupakan strategi yang menjamin solusi, bisa berupa rumus, langkah-langkah, dan mencoba semua kemungkinan solusi. Sebagai contoh, jika Anda menemukan permasalahan dalam IPA, Anda menuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, persamaan atau teori yang sesuai, dan selanjutnya menyelesaikannya. Heuristik merupakan strategi umum untuk mempersempit solusi untuk menemukan solusi terbaik. Misalkan, Anda tersesat di gunung, langkah heuristiknya adalah cukup turun gunung, cari sungai kecil, dan ikuti alirannya. Dalam perumusan strategi ini, Anda merumuskan juga informasi dan sumberdaya yang relevan.
3.
Menerapkan
Strategi Pemecahan Masalah
Pada langkah ini, Anda menggunakan berbagai informasi yang telah Anda peroleh serta strategi yang Anda tetapkan untuk memecahkan masalah. Anda mungkin menyeleksi strategi yang tidak berguna, merumuskan ulang strategi yang lebih efektif, dengan terus memonitor pemecahan masalah yang Anda lakukan.
Pada langkah ini, Anda menggunakan berbagai informasi yang telah Anda peroleh serta strategi yang Anda tetapkan untuk memecahkan masalah. Anda mungkin menyeleksi strategi yang tidak berguna, merumuskan ulang strategi yang lebih efektif, dengan terus memonitor pemecahan masalah yang Anda lakukan.
4.
Mengevaluasi
Langkah terakhir dalam pemecahan masalah adalah terus menerus memikirkan kembali dan mendefinisikan kembali masalah dan pemecahannya. Apakah masalah sudah terpecahkan? Adakah cara lain untuk memecahkan masalah? Apakah pemecahan masalah yang telah dilakukan sudah merupakan langkah yang paling efisien? Orang yang pandai dalam memecahkan masalah biasanya termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya.
Langkah terakhir dalam pemecahan masalah adalah terus menerus memikirkan kembali dan mendefinisikan kembali masalah dan pemecahannya. Apakah masalah sudah terpecahkan? Adakah cara lain untuk memecahkan masalah? Apakah pemecahan masalah yang telah dilakukan sudah merupakan langkah yang paling efisien? Orang yang pandai dalam memecahkan masalah biasanya termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya.
Pemecahan
masalah dengan menggunakan keterampilan proses IPA pada hakikatnya adalah
keterampilan pemecahan masalah dengan metode ilmiah. Pemecahan masalah ini
menerapkan logika deduktif dan induktif. Logika deduktif digunakan untuk
mendefinisikan masalah, menemukan informasi awal yang berkaitan dengan masalah,
sampai dengan merumuskan hipotesis. Logika induktif digunakan pada saat
merancang, melaksanakan cara mengumpulkan data, serta menganalisis data untuk
menguji hipotesis.
Hasil pemecahan masalahnya berupa simpulan, yang
memverifikasi permasalahan, hipotesis, dan analisis data. Bagan di bawah ini
merangkum penjelasan tersebut.
Dari penjelasan bagan diatas dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a. Memahami masalah
·
Masalah
yang dihadapi harus dirumuskan, dibatasi dengan teliti. Bila tidak, usahanya
akan sia - sia.
b. Mengumpulkan data
·
Kalau
masalah sudah jelas, dapat dikumpulkan data / informasi / keterangan -
keterangan yang diperlukan.
c. Merumuskan hipotesis
·
Jawaban
sementara, yang mungkin memberi penyelesaian dan keterangan keterangan yang
diperoleh, mungkin timbul suatu kemungkinan yang memberi harapan yang akan
membawa pada pemecahan masalah.
d. Menilai hipotesis
·
Dengan
jalan berpikir dapat diperkirakan akibat - akibat suatu hipotesis. Kalau
ternyata bahwa hipotesis ini tidak akan memberi basil baik, maka dimulai lagi
dengan langkah kedua.
e. Mengadakan eksperimen / menguji
hipotesis
·
Bila
suatu hipotesis memberi harapan baik, maka diuji melalui eksperimen. Kalau
berhasil, berarti masalah ini dipecahkan. Tetapi kalau tidak berhasil, harus
kembali lagi dari langkah - langkah kedua atau ketiga.
f. Menyimpulkan
·
Laporan
tentang keseluruhan prosedur pernecahan masalah yang diakhiri dengan
kesimpulan. Di sini kernungkinan dapat dicetuskan suatu prinsip atau hukum.
Kesanggupan memecahkan masalah harus diajarkan kepada para siswa, sebab
pemecahan masalah secara ilmiah ( scientific method ) berguna bagi mereka untuk
memecahkan masalah yang sulit. Metode ini selain dapat digunakan untuk
mernecahkan masalah dalam berbagai bidang studi, juga dapat digunakan untuk
pemecahan yang berkaitan dengan kebutuhan siswa dalam kehidupan sehari - hari.
Dalam
garis besarnya langkah-langkah metode pemecahan masalah dapat disarikan sebagai
berikut:
a. Adanya masalah
yang dipandang penting;
b. Merumuskan
masalah;
c. Analisa
hipotesa;
d. Mengumpulkan data;
e. Analisa data;
f. Mengambil
kesimpulan
g. Aplikasi
(penerapan) dari kesimpulan yang diperoleh; dan
h. Menilai kembali
seluruh proses pemecahan masalah (Depdikbud, 1997: 23).
Sedangkan
menurut Nahrowi Adjie dan Maulana (2006 : 46-51) langkah-langkah
penyelesaian masalah antara lain adalah;
(1) memahami soal,
(2)
memilih pendekatan atau strategi,
(3)
menyelesaikan model, dan
(4)
menafsirkan solusi.
Pada prinsipnya kedua langkah
penyelesaian masalah di atas adalah sama, hanya saja pendapat yang kedua lebih
singkat dan padat. Berkaitan dengan masalah penelitian ini penulis lebih
cenderung menggunakan langkah-langkah penyelesaian masalah matematika yang
dikemukakan oleh Nahrowi Adjie dan Maulana, karena lebih sederhana dan mudah
dipahami.
Ciri-Ciri
Gaya mengajar
pemecahan masalah terdiri atas masukan informasi pemikiran, pemilihan dan
respon. Masalahnya harus dirancang sehingga jawabannya bukan hanya satu jawaban.
Bila demikian, gaya ini berubah menjadi gaya yang disebut diskoveri tertuntun.
Masalahnya
dirancang dari yang mudah ke yang sukar. Misalnya, “apa perbedaan hasil
lemparan bola dalam keadaan kedua kaki diam di atas lantai dengan hasil
lemparan dalam posisi kedua kaki sambil bergerak?” Pertanyaan bisa semakin
sulit. Misalnya, “bagaimana bentuk gerakan lanjutan kaki untuk menendang dalam
sepak bola agar bola tidak melambung jauh diatas seperti kelas 5 dan 6 SD.
Makin meningkat usia siswa, seperti sudah menginjak jenjang SLTP, maka mutu
pertanyaannya pun kian meningkat. Pertanyaan seperti ini dimaksudkan untuk
merangsang penalaran siswa.
Pelaksanaan
Langkah-langkah
pelaksanaan gaya mengajar pemecahan masalah sebagai berikut:
• Penyajian
masalah. Guru menyajikan masalah kepada siswa dalam bentuk pertanyaan atau
pernyataan yang merangsang untuk berfikir. Tidak ada penjelasan atau
demonstrasi karena pemecahannya bersumber dari anak.
• Tentukan
Prosedur. Para siswa harus memikirkan prosedur yang dibutuhkan untuk mencapai
pemecahan. Bila usia anak masih muda seperti di kelas awal (kelas 1, 2, atau
3), maka persoalan yang diajukan juga lebih sederhana.
• Bereksperimen
dan mengeksplorasi. Dalam bereksprerimen siswa mencoba beberapa kemungkinan
cara memecahkan masalah serta menilai dan membuat sebuah pilihan. Ketika
mencari-cari jawaban, anaklah yang menentukan arah pemecahannya. Sementara
hanya berperan sebagai penasihat, seperti menjawab pertanyaan membantu,
memberikan komentar, dan mendorong siswa. Namun, ia tidak megnemukakan jawaban.
Waktu harus dirancang cukup untuk mencari jawaban.
• Mengamati,
mengevaluasi, dan berdiskusi. Setiap anak perlu memperoleh kesempatan untuk
mengemukakan jawaban dan mengamati apa yang ditemukan siswa lainnya. aneka
macam hasil temua dapat dipertunjukkan oleh anak secara perorangan, kelompok
kecil, rombongan yang agak besar, atau bagian dari kelas. Diskusi terpusat pada
pengujian pemecahan yang khas.
• Penghalusan dan
perluasan. Setelah mengamati pemecahan yang diajukan siswa lainnya dan mengevaluasi
alasan di balik pemecahan yang dipilih, apa yang perlu dilakukan. Setiap anak
memperoleh kesempatan untuk bekerja kembali melakukan pola geraknya,
menggabungkan satu gagasan dengan gagasan lainnya.
Adapun kelebihan
dan kekurangan metode pemecahan masalah ini adalah sebagai berikut :
Kelebihannya :
• Dengan metode
ini potensi intelektual dari dalam diri siswa akan meningkat.
• Dengan
meningkatkan potensi intelektual dari dalam diri siswa maka akan menimbulkan
motivasi intern bagi siswa.
• Dengan menggunakan
metode ini menyebabkan materi yang telah dipelajari akan tahan lama.
• Masing-masing
siswa diberi kesempatan yang sama dalam mengeluarkan pendapatnya sehingga para
siswa merasa lebih dihargai dan yang nantinya akan menumbuhkan rasa percaya
diri
• Para siswa akan
diajak untuk lebih menghargai orang lain
• Untuk membantu
siswa dalam mengembangkan kemampuan lisannya
• Mengajak siswa
berpikir secara rasional
• Siswa aktif
• Mengembangkan
rasa tanggung jawab
• Melatih siswa
untuk mendesain suatu penemuan
• Berpikir dan
bertindak kreatif.
• Memecahkan
masalah yang dihadapi secara realistis
•
Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan
• Menafsirkan dan
mengevaluasi hasil pengamatan.
• Merangsang
perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi
dengan tepat.
• Dapat membuat
pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.
Kekurangannya :
o Bagi siswa yang
sangat kurang pemahaman dasar matematika maka pengajaran dengan metode ini akan
sangat membosankan dan menghilangkan semangat belajarnya.
o Bila guru tidak
berhati-hati dalam memilih soal pemecahan masalah akan berubah fungsinya
menjadi latihan, apabila tanpa memahami konsep yang dikandung soal-soal
tersebut.
o Karena tidak
melihat kualitas pendapat yang disampaikan terkadang penguasaan materi sering
diabaikan
o Metode ini
sering kali menyulitkan mereka yang sungkan mengutarakan pendapat secara lisan
o Memakan waktu
lama
o Kebulatan bahan
kadang – kadang sukar dicapai
o Beberapa pokok
bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat
laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat
menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
o Memerlukan
alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang
lain.
2.3 Keterampilan
IPA
Nash, dalam
bukunya The Nature of Nature Science
(Nash,1993) berpendapat bahwa : “Science is away of looking at the world”.
Sains atau IPAdipandang sebagai suatu cara atau metode untuk
mengamati sesuatu, dalam hal iniadalah
dunia. Cara memandang IPA terhadap sesuatu berbeda dengan caramemandang
biasa. Cara memandang IPA bersifat analitis, melihat sesuatu secaralengkap
dan cermat serta dihubungkan dengan obyek
yang lain sehingga keseluruhannya
membentuk suatu perspektif baru tentang obyek yang diamati.
Lebih
lanjut Nash menandaskan “The whole
science in nothing more than arefinement
of everyday thinking”. IPA sebagai suatu cara/pola berpikir
terhadapsasaran dengan seksama
dan lengkap tidak sama dengan pola berpikir sehari-hari.
Pendapat
Nash tentang IPA ini diperkuat oleh Einstein (Nash, 1963) yangmengatakan
bahwa “Science is the attempt to make the
chaotic diversity of our sense experience
correspond to logically uniform system of thought. In this singleexperiences
must be correlated with the theoretic structure in such a way that theresulting is unique and convincing. Sain dipandang
sebagai a logically uniformsystem of thought”,
atau sains merupakan suatu pola pikir logis dan seragam yangtak lain adalah metode
ilmiah.Pembelajaran IPA yang baik adalah jika dilakukan seperti bagaimana IPA ditemukan.
IPA sebagai hasil karya manusia yang dihasilkan lewat metode ilmiah dan meggunakan ketrampilan proses. Keterampilan proses sangat penting
untuk dipelajari dan dikuasai siswa. Bila siswa telah menguasai keterampilan
IPA.
IPA sebagai hasil karya manusia yang dihasilkan
lewat metode ilmiahdan meggunakan
ketrampilan IPA. Keterampilan IPA secara proses sangat penting
untuk dipelajari dan dikuasai siswa. Bila siswa telah menguasai
keterampilan IPA.
Maka siswa telah
menguasai keterampilan yang diperlukan didalam belajar tingkat tinggi
yaitu melakukan pemecahan masalah dan
penelitian. Kemampuan pemecahan masalah dan penelitian merupakan
keterampilan hidup (life skill) yang merupakan hasil belajar yang paling
tinggi.Keterampilan IPA secara proses
diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan
keterampilan-keterampilan intelektal, sosial dan
fisik yang bersumber dari
kemampuan-kemampuan mendasar yang prinsipnya telah adapada diri siswa
(DEPDIKBUD, Moedjiono, 1992/1993: 14).
Menurut Semiawan,dkk
(Nasution, 2007) menyatakan bahwa ketrampilan IPA adalah keterampilanfisik dan mental terkait dengan kemampuan-kemampuan yang mendasar
yangdimiliki, dikuasai, dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah sehingga
parailmuwan berhasil menemukan sesuatu yang
baru.
Sedangkan Dimyati
danMoedjiono (Sumantri, 1998/1999:113) mengungkapkan
bahwa keterampilan IPA bukanlah tindakan instruksional yang berada
diluar jangkauan kemampuan peserta didik. Hal ini justru dimaksudkan untuk
mengembangkan kemampuan yang dimiliki peserta didik. Dengan
keterampilan IPA siswa akan mampu belajar
mandiri,mengembangkan diri sendiri dan
belajar sepanjang hayat. Kesuksesan belajar didalam IPA merupakan hasil penerapan secara berkelanjutan metode ilmiahberkaitan
dengan subyek yang dipelajari dan menggunakan keterampilan IPA. Permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini
adalah keterampilan IPA apa saja yang harus diajarkan kepada siswa.
Bagaimana cara mengajarkanketerampilan tersebut. Dan apakah
pembelajaran IPA di sekolah sudahmenerapkan
ketrampilan IPA ini.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan yang telah ada,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Pemecahan masalah merupakan sebuah proses yang mengikuti
pola umum atau mengikuti langkah-langkah tertentu. Kemudian Pemecahan
masalah dengan menggunakan keterampilan
proses IPA pada hakikatnya adalah keterampilan pemecahan masalah dengan metode
ilmiah. Dengan keterampilan IPA siswa akan mampu belajar
mandiri,mengembangkan diri sendiri dan
belajar sepanjang hayat. Kesuksesan belajar didalam IPA merupakan hasil penerapan secara berkelanjutan metode ilmiahberkaitan
dengan subyek yang dipelajari dan menggunakan
keterampilan IPA.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Metode
Pemecahan Masalah. Diakses pada tanggal 22 November 2012. http://wordpress.com/2012/11/22/Metode Pemecahan Masalah.
Depdikbud.
(1997). Pokok-pokok Pengajaran Kurikulum
1994. Jakarta: Depdikbud.
Nasution.
2007. Keterampilan proses IPA.
Jakarta: Pibheta.
good..
BalasHapushmm mw nanya ne,dalam menyelesaikan suatu masalah MIPA misalnya soal-soal fismat gitu..lebih baik pke metode apa ya? mksh :)